Friday, March 6, 2015

batu akik kebumen yang menggemparkan

POPULARITAS batuan asli Kebumen semakin terangkat seiring dengan bersinarnya batuan nusantara di pasar internasional. Minat masyarakat lokal hingga internasional pun semakin tinggi terhadap gemstone asli Kebumen yang terkenal dengan kekayaan jenis dan keunikannya motifnya.
 
Ya, pamor batuan Luk Ulo semakin naik daun baik di pasaran Kebumen maupun di luar kota. Apalagi batuan Kebumen yang dijadikan batu akik terkenal dengan tingkat kekerasan dan struktur batuannya yang solid. Hal itu dikuatkan dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa batuan Karangsambung merupakan yang tertua di kawasan Asia Pasifik.
 
Menurut Dasa Warsono (50) salah satu perajin batu akik, peminat batu Luk Ulo tidak hanya berasal dari orang lokal Kebumen. Melainkan banyak pembeli dari luar Kebumen termasuk dari luar pulau jawa.  Bahkan beberapa waktu lalu, Bupati Halmahera pernah datang ke kiosnya untuk membeli batu khas Luk Ulo.
 
"Awalnya saya tidak tahu jika yang datang adalah bupati. Saya baru tahu setelah ajudannya menyampaikan jika yang berusan membeli itu adalah seorang bupati," ujar Dasa Warsono di di workshopnya “Dasa Stone“ di Jalan Sugiono Nomor 35 Kebumen.
 
Dia mengakui, kelebihan batu Luk Ulo ialah tingkat kekerasannya yang bagus. Kekerasan batu itu mencerminkan umur batuan tersebut. Selain itu, batuan Luk Ulo dikenal selalu kinclong tidak kusam seperti batu-batu dari daerah lain. "Hanya saja, untuk motif dan warna batu Luk Ulo tidak ngejreng seperti batu dari Kalimantan," katanya.

 
Harga Selangit
 
Pria yang telah menggeluti usaha batuan sejak 1995 itu mengakui, harga batuan Luk Ulo bervariasi. Dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah. Pembeli dari luar Kebumen, seperti Purwokerto, Yogyakarta dan kota besar lainnya rata-rata dalam bentuk pesanan dengan ukuran kodi. Setiap pemesan paling sedikti pesan dua kodi, satu kodi berisikan 20 batu.
 
"Pembeli kunjungan, setiap harinya tidak kurang 10 sampai 20 orang. Saya sampai kuwalahan untuk memenuhi pesanan," tandasnya.
 
Adapun jenis batu Luk Ulo yang harganya selangit ialah jenis badar besi panca warna, ginggang panca warna. "Memang, jenis batu ini jarang didapatkan," ujarnya seraya menyebutkan selain batuan Luk Ulo dia juga melayani pembelian batu non Kebumen seperti batu klawing dari Purbalingga.
 
Menurut Dasa Warsono sebagian masyarakat masih melihat batuan dari sisi megis, bukan pada seni dan keindahan. Tetapi lama-kelamaan, trend itu akan bergeser seiring dengan pengetahuan  masyarakat terhadap batu-batuan. "Untuk itu, batuan-batuan tertentu memiliki harga yang tinggi karena dianggap memiliki nilai magis," tandasnya.
 

 
Pencinta Batu
 
Saat ini para pecinta batu akik Kebumen diwadahi dalam sebuah komunitas "Badar Besi". Meski bukan organisasi formal, komunitas yang berdiri awal 2014 ini memiliki ratusan simpatisan dari berbagai latar belakang. Saat berkumpul di markasnya di Jalan Sawo, Pasar Rabuk, Kelurahan Kebumen status sosial, ekonomi dan budaya lebur.  Nyaris tak ada wacana selain diskusi batu-batuan.
 
Markas yang berada di atas Sungai Luk Ulo tersebut sekaligus workshop dan rumah Sudarto (37) salah satu perajin batu. Sejumlah warga datang dari berbagai daerah ada yang membawa bahan batu untuk digosok, menambah koleksi batu yang dimiliki, atau sekadar berdiskusi untuk menambah pengetahuan tentang batu akik. Bahkan ada pula yang ingin belajar teknik menggosok batu mulai memblender atau memotong, menggerinda, amplas, hingga memoles.
 
"Kebumen memiliki kekayaan batuan yang luar biasa. Hampir semua jenis batu bisa ditemukan di Kebumen," ujar sesepuh sekaligus pendiri Komunitas "Badar Besi" Bambang Indrajit (47).
 
Seperti batu giok yang populer dari Tiongkok juga bisa ditemukan di Kebumen. Bahkan batuan Felspar yang berasal dari kawasan Amerika Latin juga ada di kabupaten berslogan "Beriman" itu.  Felspar merupakan kelompok mineral tektosilikat pembentuk batu yang membentuk 60% kerak bumi. Felspar mengkristal dari magma pada batuan beku intrusif dan ekstrusif dalam bentuk lapisan, dan juga ada dalam berbagai jenis batuan metamorf.
 
"Masih banyak lagi jenis batuan di Kebumen seperti jasper, gabro, hingga Cinnabar," imbuh pria yang tinggal di Desa Sawangan, Kecamatan Alian seraya menyampaikan bahwa keberadaan komunitas di bawah Sekolah Rakyat Melu Bae (SRMB) tersebut sekaligus untuk mengenalkan batuan asli Kebumen sebagai bagian kekayaan batuan nusantara.
 
Adapun nama "Badar Besi" diambil dari nama lokal batu asli Kebumen yang memiliki kandungan logam yang tinggi. Sehingga jika didekatkan dengan magnit batu tersebut akan tertarik. Batu badar besi harganya bervariasi untuk yang biasa kisaran Rp 200.000 - Rp 300.000. Adapun untuk motif yang bagus harganya jauh lebih tinggi hingga mencapai jutaan rupiah.
 
Ya, motif batuan Kebumen sangat diminati warga luar negeri.  Bambang pernah menjual batu Kebumen bermotif unik kepada orang Australia dengan harga Rp 9,5 juta. Tahun 2013 sebuah liontin bergambar kursi dengan ring dari perak ditukar oleh seorang dengan satu unit sepeda motor Honda Astrea Impressa.
 
"Yang jelas orang itu merupakan botoh pada pemilihan kepala desa," ujar pria berambut gondrong tersebut diamini perajin batu Sudarto, Doni Hantoro, dan Sudaryono alias Cengkim.
 
Peran Pemerintah
 
Batuan Kebumen memiliki potensi luar biasa. Sayang, kata dia, para perajin batu akik di Kebumen masih berjalan sendiri-sendiri dengan egonya masing-masing. Harus ada yang menjembatani dan itu tugas pemerintah agar terjalin kebersamaan antara perajin batu Kebumen. Pemerintah daerah selama ini dinilai belum mengampil peran.
 
"Jangankan diberikan bantuan mesin gosok, ditengok saja belum pernah. Jika ada informasi ada bantuan mesin, kami hanya mendengar kabarnya saja," katanya berharap ke depan dibangun sentra gemstone di Kebumen.
 
Tak hanya itu, diperlukan perlindungan terhadap keberadaab batuan Kebumen. Jangan sampai, batuan Kebumen dengan bebas dijual dalam bentuk bahan ke luar daerah. Apalagi jika itu dieksploitasi besar-besaran. Jika terus dibiarkan, jatuhnya harga batuan Kebumen tinggal menunggu waktu. Bisa jadi, batuan Kebumen populer namun masyarakat Kebumen hanya bisa menjadi penonton.
 
"Makanya, saya sarankan agar para perajin tidak menjual batu ke luar dalam bentuk bahan," tandasnya.
 
Sementara itu, Sudarto komunitas itu mengutamakan kebersamaan dan saling berbagi. Menurut pria yang menekuni dunia batu sejak 1990 itu, di komunitas batu tidak ada ahli dan pemula sehingga semua saling belajar. "Kami sama-sama sharing pengetahuan tentang batu-batuan. Hal itu akan memperkaya pengetahuan mengenai  batu-batuan," tandasnya.***

No comments:

Post a Comment